Rabu, 30 Desember 2009

Profil Kota Cirebon


Kota Cirebon terletak di pantai utara Provinsi Jawa Barat bagian timur, secara geografis terletak di 108o33 BT dan antara 6o41 LS dengan luas keseluruhan wilayahnya adalah 37,35 Km2. Daerah ini berbatsan langsung dengan Sungai Kedung Pane di sebelah utara, Sungai banjir Kanal Kabupaten Cirebon di sebelah barat, Sungai Kalijaga di sebelah selatan, Laut Jawa di sebelah timur. Kota Cirebon terbagi menjadi 5 Kecamatan dan 22 Desa. Nasi jambalang aadlah makanan khas kota Cirebon jenis makanan ini banyak ditawarkan di seluruh penjuru Kota Cirebon.

Letak geografis Kota Cirebon di Lintasan Jawa Barat dan Jawa Tengah mempunyai keunggulan sendiri. Selain sebagai Kota transit bagi mereka yang bepergian, kota ini menjadi daerah tujuan wisata dan bisnis. Berdagang merupakan sesuatu yang biasa bagi masyarakat Cirebon, sektor perdagangan memang konstribusinya banyak, namun bukan sebagai penyumbang kegiatan ekonomi terbesar. Industri pengolahan nonmigas justru yang tercatat sebagai sebagai lapangan usaha dengan konstribusi yang dominan.

Majunya Industri nonmigas Kota Cirebon tak lepas dari peran berbagai perusahaan yanng menanamkan modalnya setidaknya terdapat 7 Perusahaan skala besar yang dengan investasi di atas 1 milyar rupiah, salah satunya adalah PT. Brithis American Tobacco Indonesia Tbk. Perusahaan rokok putih ini tercatat sebagai investor sekaligus dengan nilai produksi yang tertinggi. Selain itu terdapat PT. Arteria Daya Mulia, perusahaan yang bergerak dalam jaring ikan ini mampu mengkaryakan tigaribu orang tenaga kerja di perusahaannya, hingga kini jalinan benang nilon yang diproduksi tidak hanya memasok kebutuhan dalam negeri, sebagian produksi juga telah diekspor ke Jepang, Timur Tengah, Amerika Latin dan Eropa. Perusahaan lainnya bergerak dalam bidang makanan ternak, mebel kayu, karoseri dan bahan kimia. Visi untuk menjadikan Kota Cirebon sebagai pusat kegiatan ekonomi tampaknya tidak mudah terwujud, meskipun Kota ini memiliki pelabuhan laut namun ketesediaan sarana sebagai pelabuhan sebagai salah satu tempat keluar masuknya barang masih menjadi kendala, akibat minimnya fasilitas yang tersedia , tidak banyak kapal atau perusahaan yang mau memanfaatkan pelabuhan ini.

Kota Cirebon ini juga mempunyai potensi di sektor pariwisatanya yang meliputi wisata budaya yaitu keraton kesepuhan, keraton kanoman, keraton kecirebonan, keraton kaprobanan, Taman Ade irma Suryani, Linggarjati, taman air suryanangi.

Sumber Data:
Jawa Barat Dalam Angka 2007
(01-7-2007)
BPS Provinsi Jawa Barat
Jl. PHH Mustapa No. 43, Bandung 40124
Telp (022) 7272595, 7201696
Fax (022) 7213572

Sumber :
http://regionalinvestment.com/newsipid/id/displayprofil.php?ia=3274

Sumber Gambar:
http://www.pa-cirebon.go.id/img/upload/pa%20cirebon/Copy%20(3)%20of%20logoMA.jpg

Jumat, 05 Juni 2009

PETA CIREBON


View Larger Map

MASJID AT-TAQWA, IKON BARU KOTA CIREBON


Diresmikannya Masjid At-Taqwa oleh Gubernur Jabar H. Ahmad Heryawan, Jumat (27/3), menjadi babak sejarah munculnya ikon baru Kota Cirebon. Sebagai ikon baru Kota Cirebon, Masjid At-Taqwa hasil renovasi dengan luas bangunan total 2.675 m2 dan menghabiskan dana Rp 9 miliar memang memenuhi kriteria.

Selain arsitektur bangungannya yang mencerminkan kemegahan rumah Allah dengan kapasitas 5.500 jemaah, menara utama masjid yang menjulang setinggi 65 meter juga bisa menjadi penanda tersendiri. Menara masjid yang mengalahkan ketinggian hampir semua bangunan tinggi di Kota Cirebon, hadir sebagai simbol eksistensi Mesjid At-Taqwa di tengah Kota Cirebon. Sebuah ikon baru Kota Cirebon, selain Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Kacirebonan dan Masjid Sang Cipta Rasa.

Gaya arsitektur masjid yang mencirikan bangunan tropis dengan atap jurai serta dilengkapi dengan empat menara kecil (menaret) sebenarnya bukanlah hal baru. Namun kehadiran gerbang (gate) selebar 3 meter sebelum memasuki bangunan utama yang menjadi point of interest bangunan mesjid memberi nilai tersendiri.

Gerbang dengan warna emas yang menyolok bertuliskan kaligrafi dua kalimat syahadat yang terbuat dari bahan glass reinforced cement (GRC) di atas batu granit asli dari Brazil, mendominasi tampak muka (fasad) bangunan. Bingkai putih semakin menonjolkan warna emas gerbang.

Enam tiang penyangga lampu taman yang menghiasi jalan masuk menuju gerbang, seperti hendak menyambut ramah kedatangan tamu-tamu Allah. Seluruh lantai dan dinding masjid menggunakan batu granit, begitu juga tiang-tiang dalam mesjid. Tiang-tiang dihiasi dengan ornamen arsitektur Islam.

Tidak seperti bangunan umumnya, bagian dinding tidak dilengkapi dengan jendela yang tertutup kaca. Jendela besar-besar yang ada dibiarkan terbuka untuk membiarkan aliran udara lancar keluar masuk masjid. Jendela hanya diberi teralis besi ditambah elemen estetika yang terbuat dari kuningan dengan pola arsiterktur Islam.

Keteduhan juga diupayakan untuk dihadirkan di arena luar masjid dengan menanam 10 pohon korma di halaman samping masjid yang dekat dengan sisi jalan. Kehadiran dua kolam air mancur di sisi kanan dan kiri bagian depan mesjid, semakin melengkapi keindahannya. (A-92/A-147)*** (27 Maret 2009)

Sumber :

http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=news.detail&id=66480

5 Juni 2009



MENIKMATI WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON


Kota yang terletak di dekat perbatasan Jawa Tengah ini memiliki beberapa obyek wisata yang menarik untuk dilihat, khususnya peninggalan-peninggalan bersejarah yang berkaitan dengan syiar Islam yang dilakukan oleh salah satu tokoh Wali Songo, Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati.


Sebut saja misalnya empat keraton yang hingga saat ini masih berdiri dengan kokoh, yakni Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Keprabon yang memiliki arsitektur gabungan dari berbagai elemen kebudayaan termasuk Islam dan unsur-unsur arsitektur Belanda.


da pula situs peninggalan sejarah kejayaan Islam masa lampau, Tamansari Gua Sunyaragi atau Gua Sunyaragi, yang merupakan sebuah kompleks bangunan yang menempati areal seluas 1,5 ha. Tempat ini dulu merupakan tempat peristirahatan, tempat menyepi, bertapa dan merupakan tempat rekreasi bagi Sultan Kasepuhan dan kerabatnya.


Kota Cirebon juga menjadi salah satu kota pelabuhan terpenting di pantai utara Jawa setelah Jakarta dan Semarang. Disini akan dijumpai pelabuhan Cirebon Pelabuhan yang memiliki peran strategis dalam hal perdagangan sejak masa Sunan Gunung Djati masih berkuasa. Kapal-kapal asing yang mengangkut barang-barang niaga dari dan ke luar negara, pernah meramaikan pelabuhan ini. Pemandangan itu pun masih kita temui hingga saat ini. Bila kita berjalan-jalan di sore hari, maka akan kita saksikan puluhan kapal-kapal besar tengah bersandar di dermaga.


Selain itu Cirebon telah lama dikenal sebagai pusat penghasil kain batik, terutama Batik Trusmi. Dan kota ini juga terkenal dengan kesenian tari topeng dan musik tarling yang menggabungkan suara gitar, suling dan suara manusia dalam perpaduan yang harmonis.

Cara Mencapai Daerah ini
Anda dapat mencapai daerah ini dengan menggunakan bus, kereta api maupun kendaraan pribadi.

Tempat Menginap
Di Cirebon banyak terdapat tempat penginapan mulai dari hotel non bintang hingga hotel berbintang dengan beragam fasilitas dan variasi tarif yang dapat Anda pilih sesuai dengan kebutuhan Anda.


Tempat Bersantap
Jika Anda datang ke Cirebon, jangan lupa untuk mencicipi kelezatan Nasi Jamblang yaitu nasi putih yang penyajiannya dibungkus dengan daun jati sehingga membuat nasi putih itu terasa berbeda. Apalagi bila dibungkus dalam keadaan hangat. Nasi Jamblang dapat disantap dengan beraneka ragam lauk pauk.Lokasi tenda nasi jamblang paling top berada di depan, Grage Mal, ujung jalan raya Tentara Pelajar. Selain Nasi Jamblang, masih ada Empal Gentong dan Nasi Lengko, yaitu nasi yang disajikan dengan campuran lauk, seperti rebusan toge, tahu, tempe goreng yang disiram dengan halusan bumbu kacang.


Yang Dapat Anda Lihat atau Lakukan

Di Cirebon, yang dapat Anda lihat atau lakukan adalah sebagai berikut:

  • Berziarah ke makan Sunan Gunung Jati
  • Memancing di tepi Pelabuhan Cirebon
  • Menyaksikan kesenian tari topeng dan musik tarling
  • Menyaksikan acara budaya seperti Grebeg Maulud yang diadakan setiap tahunnya untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal.
  • Mengunjungi keraton-keraton di Cirebon


Buah Tangan
Sejak dulu Cirebon terkenal dengan sebutan Kota Udang, maka dari itu kurang lengkap rasanya apabila Anda tidak membeli oleh-oleh makanan khas yang terbuat dari udang seperti kerupuk udang, terasi, kecap sampai abon yang terbuat dari udang maupun ikan asin dan lain-lain. Jika Anda mengincar batik Cirebon sebagai oleh-oleh Anda, maka Anda bisa mengunjungi Desa Trusmi, sekitar 5 kilometer dari kota Cirebon. Anda juga bisa berburu kerajinan tangan seperti topeng khas Cirebon

Tips

  • Udara di Cirebon hampir sama dengan kota pelabuhan lainnya di Indonesia, untuk itu lengkapi diri Anda dengan topi, kacamata dan payung.
  • Kenakanlah pakaian yang nyaman untuk digunakan dan menyerap keringat.

Sumber :
5 Juni 2009
Sumber Gambar:

WISATA BOGA CIREBON


Rasanya kurang afdol kalau kita jalan-jalan ke suatu daerah tanpa mencicipi masakan khas daerah tersebut. Apalagi kalau mengunjungi sebuah daerah yang makanannya udah terkenal kelezatannya. Kali ini kita berjalan-jalan ke kota Cirebon, sebuah kota yang berada di ujung timur propinsi Jawa Barat yang tidak jauh dari perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah. Buat Anda penggemar masakan dengan dominan rasa asin dan pedas, makanan dari Cirebon sungguh cocok dengan lidah Anda! 

Nasi Jamblang: 
Nasi khas Cirebon ini disajikan didalam daun jati dengan lauk pauk bermacam-macam, seperti paru, daging, tempe, tahu, cumi, dll serta sambal khas cirebon. Dapat diproleh di seluruh kota Cirebon. Para pedagangnya sangat khas sebab menggunakan meja rendah yang menggelar berbagai macam makanan dan dikelilingi oleh bangku panjang untuk duduk pembeli. 
Cara penyajiannya, si penjual menyodorkan nasi yang dibungkus daun jati kemudian pembeli mengambil sendiri lauk pauk yang ingin dimakannya. Pembayarannya pun unik, sebab mengandalkan kejujuran para pembelinya karena pembeli menyebutkan apa saja yang dimakannya. 
Para penjual nasi jamblang cukup tersebar di kota Cirebon selain itu mereka buka 24 jam. Kawasan Gunung Sari merupakan daerah yang cukup banyak populasi penjual nasi Jamblang ini. Penjual Nasi Jamblang yang terkenal di Cirebon adalah Nasi Jamblang Mang Dul yang berlokasi di Gunung Sari (dekat lampu merah ke arah jalan Tuparev). 

Empal Gentong: 
Makanan mirip soto yang berkuah kental dan bersantan serta dipenuhi dengan daging ini sungguh lezat…. Biasa dimakan dengan nasi ataupun lontong. Yang khas adalah wadah tempat menaruh kuah empal ini yang berada di sebuah gentong makanya dinamakan empal gentong sementara empal adalah potongan-potongan daging. 
Cara masaknya pun masih tradisional karena masih mengandalkan kayu bakar. Sambal empal gentong ini sangatlah pedas sebab merupakan saripati cabai merah kering yang dikemudian ditumbuk. Bagi yang belum terbiasa, agar hati-hati mencobanya sebab bila perut tidak kuat maka acara makan-makan bisa terhambat :-). 
Mencari pedagang empal gentong sekarang agak susah karena mereka biasanya menggunakan gerobak untuk mendorong jualan mereka. Pedagang empal gentong yang ngetop di Cirebon adalah Mang Darma yang mangkal di Jl. Slamet Riyadi, empal gentong Mang Darma juga bisa di temukan di beberapa tempat di Cirebon seperti di Pujagalana, Stasiun Kereta Cirebon atau di Grage Mal yang semuanya dikelola anak-anaknya. Di Jakarta, Empal gentong Mang Darma bisa ditemukan di daerah Bintaro. 

Tahu Gejrot: 
Makanan berupa tahu yang di potong kecil-kecil ditaruh di atas piring kecil terbuat dari tanah liat kemudian disajikan dengan bumbu gula merah, cabai serta bawang merah dan bawang putih yang diulek. Jenis tahu yang digunakan adalah semacam tahu Sumedang tapi agak berbeda sebab isinya jauh lebih sedikit sehingga terlihat kosong. Cara makannya pun unik yaitu ditusuk dengan biting (potongan lidi). Mengapa diberi nama tahu gejrot? Sebab bumbu cair yang digunakan sebagai penyedap dialirkan lewat botol dengan cara diguncangkan sehingga timbul bunyi “gejrot” berulang kali. 
Para pedagang tahu gejrot ini biasanya menggunakan pikulan bagi penjual laki-laki untuk membawa barang dagangannya. Atau menggunakan tampah yang diusung di atas kepala bagi penjual wanita. 
Para pedagang tahu gejrot sangat mudah ditemui di sekitar kota Cirebon karena termasuk makanan ringan yang cukup populer. 

Bubur Sop: 
Bubur berisi kol, daun bawang, tauco yang dituangi kuah sop dan ditaburi suwiran ayam serta kerupuk. Boleh dibilang makanan ini merupakan kombinasi dari bubur ayam dan Sayur Sop. Disajikan panas-panas dan biasanya bubur sop ini hanya dijual pada malam hari. 

Sate Kalong: 
Pasti orang akan mengira bahwa sate kalong ini menggunakan daging kelelawar sebagai daging yang disate. Salah besar! Karena sebenarnya sate ini menggunakan daging kerbau. Disebut sate kalong gara-gara penjualnya doyan melek sampe malam sebab hanya berjualan pada malam hari bahkan jauh tengah malam. Cara berjualan sate ini menggunakan pikulan dan penjualnya menggunakan bebunyian semacam ‘krincingan’ untuk memanggil pembelinya. 
Buat yang belum tahu kadang terkesan agak seram sebab selain berjualan malam hari bebunyian yang digunakan pun terkesan aneh. Bahkan para orang tua kadangkala memanfaatkan untuk menakuti anak-anak mereka agar tidak tidur larut malam. 

Docang: 
Lontong yang dipadukan dengan daun singkong, tauge, taburan kelapa parut dan kerupuk dimakan dengan kuah yang terbuat dari bumbu oncom atau dage’ untuk sebutan orang Cirebon. Makanan ini merupakan versi lain dari keluarga lontong sayur tetapi bumbu kuah oncom yang digunakan memberikan rasa tersendiri 
Mencari makanan docang ini agak mudah ditemui di daerah pemukiman atau di pasar karena cukup sederhana pembuatannya. 

Nasi Lengko: 
Nasi Lengko merupakan nasi yang cukup mudah dibuat siapa saja sebab terdiri dari bahan makanan yang sederhana seperti nasi putih, tahu, tempe, mentimun tauge, dan daun kucai (seledri). Kemudian ditaburi bawang goreng serta disiram bumbu kacang dan kecap. Lebih enak lagi dimakan ditemani krupuk. 
Pedagang Nasi Lengko cukup tersebar di sekeliling kota Cirebon sebab makan ini selain sederhana juga terjangkau bagi masyarakat. Penjual Nasi Lengko yang lumayan laris dan ramai pembeli salah satunya adalah di Jl. Pagongan. Warung milik H. Barno ini sudah 11 tahun berdiri dan buka setiap hari sejak pukul 6 pagi hingga 9 malam. Meski "cuma" warung, kapasitas pengunjung sampai 100 orang. "Tapi berjualannya sudah sejak tahun 70-an," tutur Hj. Yayah Rukiyah, istri Barno. 

Mie Koclok: 
Mie kuning yang disajikan dengan toge, kol, suwiran daging ayam, telor lalu disiram dengan kuah santan. Disajikan panas-panas sebab tidak enak jika dimakan kala dingin. Selain di jalan Lawanggada dekat rel kereta, penjual mie koclok yang tidak kalah nikmat berlokasi di Kasepuhan, yang tidak jauh dari alun-alunnya. 


Recommended Places: 
1. Ayam Sindang, ayam goreng di kawasan Pujagalana (dekat pasar Kanoman) 
2. Ayam Bakar Alas Demang (dulu ayam Pagongan) di jalan 
3. Restoran Maxim’s –Chinese Foods 
4. Ayam Goreng, seberang Restoran Maxim’s 
5. Manisan Sinta dekat Pasar Kanoman 
6. Pujagalana seberang Yogya Supermarket 
7. Kue-kue basah tradisional, Pasar Kanoman 
8. Pasar Pagi, pusat oleh-oleh khas Cirebon 
9. Martabak Pak Udin, tidak jauh dari bioskop Abadi (seberang Hero) 

* Pujagalana = Pusat Jajan Segala Ana (Pusat Jajan Segala Ada) 


Sumber :
http://arievz.blogspot.com/2003/07/wisata-boga-cirebon.html
5 Juni 2009

EKSOTIKA BATIK CIREBON


Bercorak tradisional, agresif, dan sedikit warna. Begitulah batik Cirebon. Cokelat, hitam, dan krem adalah warnanya yang kental. Ragam motifnya pun menawan. Dari Singa Wadas, Mega Mendung, Paksi Naga Liman, Kilingan, Patran Keris, Patran Kangkung, Singa Barong, Ayam Alas, Sawat Penganten, Kaatewono, hingga Gunung Giwur.

Semua tergelar dalam peluncuran Pusat Pelatihan Batik Keraton Kanoman di Cirebon akhir pekan lalu, yang disaksikan Kanjeng Ratu Sultan Muhammad Emirudin, Sultan Kanoman XII. Peluncuran ini disokong Bank Rakyat Indonesia lewat program kartu kredit platinumnya.

Keraton Kanoman Cirebon, yang berdiri sejak 1872 dan memiliki luas 7 hektare, memang menyimpan pesona tak hanya sebatas keindahan arsitektur. Di sini terukir keindahan batik dengan motif-motifnya yang sarat makna sejarah.

"Batik Keraton Kanoman merupakan warisan budaya yang bernilai historis dan budaya tinggi yang patut dilestarikan. Keindahannya menjadi salah satu kebanggaan Indonesia yang harus dijaga. Program ini adalah saat tepat menjaga serta melestarikan warisan adiluhung Tanah Air," kata Muhammad Helmy, General Manager Produk Kartu Kredit BRI.

BRI juga mengusung ikon batik, Christine Hakim. Kehadiran aktris senior itu untuk memberikan dukungan kepada peserta pusat pelatihan. "Batik Kanoman Cirebonan sangat eksotis, tak kalah dengan batik daerah lain. Hanya karena persoalan internal keraton mempengaruhi perkembangan batiknya," kata Christine bernada prihatin.

Adapun motor penggerak pusat pelatihan adalah Perkumpulan Nurani Budaya Indonesia. Menurut ketuanya, William Kwan, kegiatan ini menghimpun 20 peserta terpilih yang dilatih secara gratis. Masyarakat di sekitar kawasan keraton diajak serta mengembangkan dan mempopulerkan corak dan motif-motifnya hingga ke kancah internasional.

Jumlah peserta akan terus bertambah. "Yang utama, kegiatan ini untuk mengenalkan eksotisnya batik Keraton Kanoman Cirebon yang mulai pudar. Maka masyarakat di sini punya tanggung jawab melestarikan warisan yang tidak ternilai ini," ucapnya kepada Tempo. Dia dibantu Katura, pemilik bengkel batik yang tersohor di Kota Udang itu.

Katura punya jam terbang tinggi dan termasuk kawakan soal batik kota kelahirannya. Menurut dia, para konsumen senang batik Keraton yang dianggap memiliki corak yang menonjolkan wajah tradisional. Pria yang sudah membatik sejak SD itu menyebut batik Cirebonan--dikenal dengan nama batik Trusmi--coraknya lain dengan batik asal Yogyakarta, Solo, Pekalongan, dan kota-kota batik lainnya.

Batik Solo atau Yogyakarta cenderung pada keagungan dan keluwesan sehingga bentuknya halus dan indah. Batik Pekalongan memiliki corak banyak warna dengan variasi sedemikian rupa sehingga membentuk daya tarik yang indah dan menarik.

Selain corak tradisional, batik Cirebon memiliki sisi unik karena beberapa motif diambil dari falsafah hidup masyarakat lokal. "Bahkan ada juga pengaruh dari Cina, berupa motif ular naga dan burung," tutur Katura. Corak batik Cirebon pun memiliki warna merah, biru, ungu, dan keemasan.

Pesona batik Cirebon, diakui Katura, desainnya bernuansa klasik tradisional dan setia mengikutsertakan motif wadasan (batu cadas) pada bagian-bagian tertentu. Lalu unsur ragam mega di bagian-bagian yang disesuaikan dengan motif utama. "Batik Cirebonan klasik tradisional selalu bercirikan memiliki warna pada bagian latar (dasar kain) lebih muda dibanding warna garis pada motif utamanya."

Pria pengoleksi sejumlah batik berumur ratusan tahun itu menambahkan, kini terjadi pergeseran proses batik seiring dengan ditemukannya berbagai zat kimia yang membantu proses pewarnaan dan pencelupan. Dulu para perajin banyak memanfaatkan zat pewarna alam. Zat jenis ini warnanya tahan lebih lama dan ramah lingkungan. Kekurangannya, sulit dalam proses pembuatannya dan terbatas menghasilkan variasi warna. (23 Oktober 2008)

Sumber :
Hadriani P
http://www.tempointeraktif.com/hg/kecantikan/2008/10/23/brk,20081023-141641,id.html
5 Juni 2009 
Sumber Gambar:
http://netsains.com/wp-content/uploads/2008/07/singapayung.jpg

SAATNYA MELIRIK POTENSI LOKAL CIREBON


DAMPAK atas krisis keuangan global sepertinya baru akan dirasakan oleh masyarakat Cirebon pada awal tahun hingga pertengahan tahun 2009. Demikian prediksi dari sejumlah pelaku ekonomi di Kota Cirebon.

Prediksi itu bukan tanpa alasan. Berdasarkan keterangan dari Pemimpin Bank Indonesia Cirebon Dadi Aryadi, saat krisis ekonomi terjadi tahun 1998 lalu, masyarakat Cirebon tenang-tenang saja, namun baru tahun berikutnya dampak krisis tersebut baru dirasakan di Cirebon.

"Lokasinya yang jauh dari pusat kota serta kotanya yang kecil dan disokong oleh perdagangan lokal membuat dampak krisis tidak serta merta terasa," katanya.

Krisis keuangan global yang terjadi menjelang akhir tahun 2008 pun, ujar Dadi, kemungkinan baru terasa dampaknya pada tahun 2009. Namun dampak tersebut tidak akan menggurita, hanya pelaku bisnis besar yang bergantung pada ekspor yang akan terkena dampaknya.

Di wilayah Cirebon banyak terdapat perusahaan besar skala ekspor. Jatiwangi sudah dikenal dengan industri rotannya, Plered sudah mendunia dengan batik trusminya, dan sejumlah perusahaan pengolahan ikan besar banyak berdiri disekitar pelabuhan. Devisa jutaan dolar AS disumbangkan dari ekspor Cirebon setiap tahunnya. Perusahaan-perusahaan besar ini rupanya mulai merasakan dampak krisis.

Menurut Kepala Seksi Perikanan pada Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon Dedi Supriadi, satu perusahaan pengalengan rajungan-sejenis kepiting- terpaksa menutup usaha ekspornya setelah Amerika tidak lagi melanjutkan kesepakatan bisnis.

"Perusahaan ekspor rajungan kaleng sejak November 2008 terpaksa berhenti beroperasi karena pasar utamanya hanya ke Amerika. Namun masih ada perusahaan pengolahan ikan lainnya yang masih tetap bertahan. Tujuan ekspornya ke China, Jepang atau Taiwan," katanya.

Sektor usaha yang menggantungkan diri pada Amerika Serikat sebagai pasar utamanya memang sedang hancur, termasuk di Cirebon. Selain industri rajungan kaleng, industri rotan pun demikian. Sejak sektor properti Amerika tumbang, otomatis permintaan mebel kenegara adikuasa ini turun drastis.

Nah, pelaku industri mebel dan rotan dari Cirebon pun kini sudah mulai melirik pasar baru agar usahanya tetap hidup. Selain negara Eropa khususnya Jerman, negara di kawasan Timur Tengah dan Asia pun sudah mulai dibidik sebagai perluasan pasar tahun depan. Pokoknya, bukan Amerika. Namun ada yang menarik, ternyata hanya perusahaan skala besar atau skala ekspor yang merasakan dampak krisis tersebut. Buktinya, pengesub atau pabrikan kecil outsourching penggarap pesanan dari pabrik-pabrik rotan besar masih tetap menerima order.

Sutandi, seorang pengesub mebel berbahan baku rotan yang ada di sentra rotan Jatiwangi Kabupaten Cirebon mengatakan order pembuatan set furniture berupa meja dan kursi sudah kembali diterimanya dari dua pabrik rotan besar. Dia juga menyatakan bahan baku rotan mentah cukup banyak karena pasokan dari Surabaya, Kalimantan dan Sumatra cukup lancar.

"Pekerjaan sudah mulai ada sejak Desember ini dan sampai April 2009 sudah dapat order dari pabrik," katanya.

Nah , UMKM lainnya yang masih tetap eksis meski disaat krisis adalah batik Trusmi. Musim liburan natal dan tahun baru kali ini permintaan kain batik melonjak hingga 30%. Pembelinya hanya kelas lokal bukan ekspor. Dan kalau pun ada yang ekspor-meski hanya sebagian kecil- negara tujuannya hanya di Asia seperti Jepang. Ternyata faktor eksternal krisis keuangan global tidak terlalu mempengaruhi UMKM.

Fokus potensi lokal Cirebon dan daerah disekitarnya seperti Kuningan, Majalengka, dan Indramayu banyak memiliki potensi lokal yang patut dikembangkan. Ketua Forum Pengembangan Ekonomi Lokal (FPEL) Sutikno mengatakan ekspor bukan menjadi ukuran atas keberhasilan sebuah produk atau perusahaan, namun kemampuan penetrasi pasar lokal yang harus diutamakan agar sebuah usaha tetap bisa eksis.

Apa yang dikatakan Sutikno tersebut berdasarkan atas kemampuan UMKM di Cirebon yang bebas krisis, berbeda dengan perusahaan skala ekspor yang ada di Cirebon. "Saatnya melirik potensi lokal."

Untuk itu sejumlah potensi lokal Cirebon kini tengah dibidik untuk dikembangkan seperti kerajinan rotan, manisan buah, topeng hingga kuliner khas Cirebon. Potensi tersebut kini semakin tak dilirik bahkan kurang mendapatkan perhatian serius dari pelaku usaha dan pemerintah setempat.

Meski sebenarnya bisa menjadi icon produk kebanggan kota ini. Keingianan FPEL tersebut sepertinya akan disambut baik karena pada tahun 2009 ini karena perbankan akan lebih fokus membidik sektor eknomi lokal bagi penyaluran kreditnya. "Berdasakan himbauan Bank Indonesia, tahun 2009 perbankan harus lebih melirik UMKM dari pada perusahaan besar. Alasannya, UMKM tahan krisis," ujar Pemimpin Bank Jabar Banten Cabang Cirebon Her Purwanto.

Pengembangan potensi ekonomi lokal ini diperkirakan akan berjalan cepat karena usaha skala kecil tersebut lebih fleksibel dan hasil dari penelitian Bank Indonesia Cirebon banyak diantaranya yang masuk kategori bankable.

Pelaku UMKM bisa lebih cepat mengambil keputusan terkait perkembangan bisnisnya karena tidak bergantung pada keputusan perusahaan lebih besar yang menaunginya. Perusahaan besar di Cirebon baik swasta atau nasional terasa lambat berkembang karena ketatnya birokrasi dan mandulnya pelaksanaan otonomi daerah.

Sebagai contoh perusahaan otomotif atau telekomunikasi tidak bisa bergerak cepat dan mematok target sendiri karena selalu ditentukan oleh perusahaan induk di Jakarta atau Bandung. Contoh lainnya adalah Pelabuhan Cirebon yang seakan hidup segan mati tak mau. Hanya melulu mengurusi batu bara saja selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini.

Pemkot Cirebon tidak mampu berbuat banyak untuk mengembangkan pelabuhan karena birokrasi yang sulit. Sementara pihak pelabuhan sendiri baru bisa bergerak setelah ada mandat dari PT Pelindo di Jakarta. Serba sulit, sehingga Pemkot Cirebon memilih untuk meninggalkan rencana ikut andil dalam mengurus pelabuhan. Kalau pun ingin mengembangkan industri lokal dengan skala besar, mungkin bidang propertilah yang bisa digarap maksimal.

Di Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon masih banyak lahan kosong yang bisa dikembangkan menjadi perumahan. Demikian pula di Kuningan, Majalengka dan Indramayu. Untuk diketahui, pada tahun 2009 sejumlah perusahaan properti besar masih akan tetap membangun.

Seperti Cirebon Super Blok (CSB), awal tahun 2009 mulai memasarkan ruko tipe terbarunya bahkan menargetkan pembangunan mal dapat selesai akhir tahun 2010. Dan PT Apitasemesta Griya pada pertengahan tahun 2009 siap mengoperasikan tower Hotel Apita yang akan menjadi hunian tertinggi di Cirebon dengan ketinggian mencapai 15 lantai.

Ketua REI Cirebon Surya Wijaya sendiri memperkirakan bisnis properti tetap akan tumbuh pada tahun 2009 mendatang.

"Awal tahun masih terseok namun pertengahan tahun akan kembali booming seperti diawal tahun 2008. Jika tidak ada faktor eksternal penggangu maka target pembangunan 1.500 unit rumah di wilayah Cirebon bisa terealisasi," katanya.

Lalu dimana andil pemerintah? Developer hanya meminta pihak pemerintah setempat menyiapkan sarana, prasarana dan kemudahan perijinan bagi investasi.

Pemkot Cirebon harus mampu menyelesaikan persoalan keterbatasan pasokan air bersih. Kisruh pembagian air antara Kota Cirebon dan Kabupaten Kuningan harus diakhiri. Sebab dengan perumahan baru atau mal dan hotel perlu suplai air bersih.

Demikian pula dengan kesiapan aliran listriknya. Jangan sampai setelah semuanya berdiri tetapi gagal beroperasi hanya karena tidak ada pasokan air PDAM atau aliran listrik. (BC-11) 24 Januari 2009

Sumber :

Raharjo

http://www.beritacerbon.com/berita/2009-01/saatnya-melirik-potensi-lokal-cirebon

5 Juni 2009

Sumber Gambar:

http://www.republika.co.id/images/news/2008/10/20081009195619.jpg

BELAJAR IPTEK DI KERATON KASEPUHAN CIREOBON


Cirebon adalah kota pelabuhan di pesisir utara Pulau Jawa yang pernah menjadi pelabuhan penting pada zamannya. Tidak heran kalau jejak perdagangan dan percampuran budaya banyak mempengaruhi tampilan desain dari Cirebon. Banyak hal yang bisa diperoleh dari perjalanan wisata ke Cirebon, diantaranya adalah kunjungan ke beberapa keraton yang ada disana, salah satunya adalah Keraton Kasepuhan.

Alkisah, Cirebon berasal dari sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa dan diberi nama Caruban, arti kata yang berasal dari bahasa Sunda ini adalah campuran. Hal ini terutama karena penduduk pedukuhan yang berkembang menjadi desa dan akhirnya menjadi sebuah kota itu adalah percampuran antara pendatang dari berbagai bangsa, agama, bahasa, dan mata pencaharian.

Pada awalnya mata pencaharian utama masyarakat daerah itu adalah sebagai nelayan, terutama untuk menangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjang pantai. Untuk membuat terasi mereka menggunakan udang rebon, dan dari situ muncul istilah Cai Rebon (bahasa Sunda) atau Air Rebon, air bekas pembuatan terasi. Bisa jadi dari sinilah asal muasal nama kota yang berada di tengah-tengah antara Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Saya masih ingat komik pertama yang mengenalkan saya kepada kota Cirebon adalah “Kisah Sunan Gunung Jati dan Putri Cina”. Saya lupa penerbitnya, seharusnya komik ini masih ada di antara harta karun saya yang berupa buku-buku berdebu di atticrumah. Tidak heran kalau kisah putri dari China ini merupakan salah satu kisah yang menjadi bagian sejarah dari Cirebon, karena piring-piring porselin dari Tiongkok menghiasi dinding keraton-keraton di Cirebon, bahkan juga di situs bersejarah lainnya di Cirebon. Bukan hanya dari hiasan porselin di dinding yang menandakan hubungan baik keraton dengan Tiongkok pada masa lalu yang tampil di Cirebon, tetapi terlihat juga pada berbagai pola desain dan penggunaan warna.

Cirebon tidak hanya memiliki dua buah keraton, tetapi keberadaan Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman adalah bukti keberadaan politik ‘devide et impera’ kaum kolonialis. Perpecahan yang dibuat oleh Belanda untuk melemahkan perlawanan masyarakat berakibat timbulnya dua keraton ini. Sesuai dengan namanya maka Keraton Kanoman adalah keraton yang lebih muda, yang muncul belakangan. Selain kedua keraton itu seharusnya masih ada Keraton Kacirebonan. Ketiganya memiliki ciri menghadap ke Utara, di sebelah kiri Kraton ada mesjid, dan di taman keraton ada patung macan perlambang Prabu Siliwangi, tokoh sentral dalam sejarah Cirebon. Keraton juga memiliki alun-alun yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya masyarakat sekaligus juga tempat menggelar pasar. Bahkan Keraton Kanoman tampaknya sekarang malahan terkurung di dalam pasar yang bermula dari alun-alun keraton itu.

Kehadiran Belanda tampaknya juga diabadikan dengan kehadiran keramik-keramik Belanda yang ditempel di dinding keraton. Dinding keraton bagaikan catatan sejarah dalam dimensi ruang.

Cirebon sendiri merupakan tempat yang menarik untuk mempelajari akulturasi budaya yang terjadi di kota pelabuhan yang cukup aktif ini. Motif megamendung yang merupakan motif khas batik Cirebon merupakan pengaruh Oriental seperti yang biasa tampak pada gambar awan di keramik-keramik asal Tiongkok. Warna-warna yang lebih cerah tidak hanya mewarnai batik mereka, tetapi juga mewarnai interior bangunannya, warna ini berbeda dari warna batik Jogja maupun Solo yang awalnya hanya memakai satu warna.

Keraton Kasepuhan adalah keraton yang paling terawat di antara keraton-keraton di Cirebon. Keraton awal adalah keraton Pakungwati yang berdiri di belakang keraton Kasepuhan, dibangun oleh Prabu Cakrabuana (tahun 1445). Keraton tersebut kemudian diperluas pada tahun 1529. Mesjid Agung yang berdiri di Timur keraton dibangun pada tahun 1549.

Yang menarik dari Keraton ini adalah kereta yang dikeramatkan yaitu Kereta Singa Barong. Sejak tahun 1942 kereta ini hanya dikeluarkan pada tanggal 1 Syawal untuk dimandikan. Kembarannya berada di Keraton Kanoman bernama Kereta Paksi Naga Liman. Kereta ini sangat menarik karena memperlihatkan hasil karya teknologi yang tinggi. Sistim suspensi hidrolik yang dibangun dengan kayu dan baja itu memungkinkan kenyamanan pemakaian si pengguna.  Belum lagi desain roda yang menghindarkan pengendara dari lumpur yang terlontar dari roda. Bahwa enam abad yang lalu sudah ada teknologi yang begitu maju, rasanya sangat menakjubkan. Apalagi menurut pengantar wisata, teknologi ini diakui secara internasional sebagai teknologi yang maju di zamannya. Rupanya keraton bukan hanya tempat belajar kebudayaan dan sejarah, tetapi bisa juga menjadi tempat belajar sejarah kemajuan iptek di masa lalu.  (28 Maret 2009)

Disusun dari berbagai sumber informasi

Sumber :

Retty N. Hakim

http://www.wikimu.com/news/DisplayNews.aspx?id=13615

5 Juni 2009

Sumber Gambar:

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/e6/Kereta_Kencana_Singabarong_1549_Keraton_Kasepuhan_Cirebon.jpg


SEJARAH CIREBON


KISAH asal-usul Cirebon dapat ditemukan dalam historiografi tradisional yang ditulis dalam bentuk manuskrip (naskah) yang ditulis pada abad ke-18 dan ke-19. Naskah-naskah tersebut dapat dijadikan pegangan sementara sehingga sumber primer ditemukan.

Diantara naskah-naskah yang memuat sejarah awal Cirebon adalah Carita Purwaka Caruban NagariBabad CirebonSajarah Kasultanan CirebonBabad Walangsungsang, dan lain-lain. Yang paling menarik adalah naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, ditulis pada tahun 1720 oleh Pangeran Aria Cirebon, Putera Sultan Kasepuhan yang pernah diangkat sebagai perantara para Bupati Priangan dengan VOC antara tahun 1706-1723. 

Dalam naskah itu pula disebutkan bahwa asal mula kata “Cirebon” adalah “sarumban”, lalu mengalami perubahan pengucapan menjadi “Caruban”. Kata ini mengalami proses perubahan lagi menjadi “Carbon”, berubah menjadi kata “Cerbon”, dan akhirnya menjadi kata “Cirebon”. Menurut sumber ini, para wali menyebut Carbon sebagai “Pusat Jagat”, negeri yang dianggap terletak ditengah-tengah Pulau Jawa. Masyarakat setempat menyebutnya “Negeri Gede”. Kata ini kemudian berubah pengucapannya menjadi “Garage” dan berproses lagi menjadi “Grage”.

Menurut P.S. Sulendraningrat, penanggung jawab sejarah Cirebon, munculnya istilah tersebut dikaitkan dengan pembuatan terasi yang dilakukan oleh Pangeran Cakrabumi alias Cakrabuana. Kata “Cirebon” berdasarkan kiratabasa dalam Bahasa Sunda berasal dari “Ci” artinya “air” dan “rebon” yaitu “udang kecil” sebagai bahan pembuat terasi. Perkiraan ini dihubungkan dengan kenyataan bahwa dari dahulu hingga sekarang, Cirebon merupakan penghasil udang dan terasi yang berkualitas baik.

Berbagai sumber menyebutkan tentang asal-usul Sunan Gunung Jati, pendiri Kesultanan Cirebon. Dalam sumber lokal yang tergolong historiografi, disebutkan kisah tentang Ki Gedeng Sedhang Kasih, sebagai kepala Nagari Surantaka, bawahan Kerajaan Galuh. Ki Gedeng Sedhang Kasih, adik Raja Galuh, Prabu Anggalarang, memiliki puteri bernama Nyai Ambet Kasih. Puterinya ini dinikahkan dengan Raden Pamanah Rasa, putra Prabu Anggalarang.

Karena Raden Pamanah Rasa memenangkan sayembara lalu menikahi puteri Ki Gedeng Tapa yang bernama Nyai Subanglarang, dari Nagari Singapura, tetangga Nagari Surantaka. Dari perkawinan tersebut lahirlah tiga orang anak, yaitu Raden WalangsungsangNyai Lara Santang dan Raja Sangara. Setelah ibunya meninggal,Raden Walangsungsang serta Nyai Lara Santang meninggalkan Keraton, dan tinggal di rumah Pendeta Budha, Ki Gedeng Danuwarsih.

Puteri Ki Gedeng Danuwarsih yang bernama Nyai Indang Geulis dinikahi Raden Walangsungsang, serta berguru Agama Islam kepada Syekh Datuk KahfiRaden Walangsungsang diberi nama baru, yaitu Ki Samadullah, dan kelak sepulang dari tanah suci diganti nama menjadi Haji Abdullah Iman. Atas anjuran gurunya, Raden Walangsungsang membuka daerah baru yang diberi nama Tegal Alang-alang atau Kebon Pesisir. Daerah Tegal Alang-alang berkembang dan banyak didatangi orang Sunda, Jawa, Arab, dan Cina, sehingga disebutlah daerah ini “Caruban”, artinya campuran. Bukan hanya etnis yang bercampur, tapi agama juga bercampur.

Atas saran gurunya, Raden Walangsungsang pergi ke Tanah Suci bersama adiknya,Nyai Lara Santang. Di Tanah Suci inilah, adiknya dinikahi Maulana Sultan Muhammad bergelar Syarif Abdullah keturunan Bani Hasyim putera Nurul Alim. Nyai Lara Santang berganti nama menjadi Syarifah Mudaim.

Dari perkawinan ini, lahirlah Syarif Hidayatullah yang kelak menjadi Sunan Gunung Jati. Dilihat dari Genealogi, Syarif Hidayatullah yang nantinya menjadi salahseorang Wali Sanga, menduduki generasi ke-22 dari Nabi Muhammad.

Sesudah adiknya kawin, Ki Samadullah atau Abdullah Iman pulang ke Jawa. Setibanya di tanah air, mendirikan Masjid Jalagrahan, dan membuat rumah besar yang nantinya menjadi Keraton Pakungwati. Setelah Ki Danusela meninggal Ki Samadullah diangkat menjadu Kuwu Caruban dan digelari Pangeran Cakrabuana. Pakuwuan ini ditingkatkan menjadi Nagari Caruban larang. Pangeran Cakrabuanamendapat gelar dari ayahandanya, Prabu Siliwangi, sebagai Sri Mangana, dan dianggap sebagai cara untuk melegitimasi kekuasaan Pangeran Cakrabuana.

Setelah berguru di berbagai negara, kemudian berguru tiba di Jawa. Dengan persetujuan Sunan Ampel dan para wali lainnya disarankan untuk menyebarkan agama Islam di Tatar Sunda. Syarif Hidayatullah pergi ke Caruban Larang dan bergabung dengan uwaknya, Pangeran CakrabuanaSyarif Hidayatullah tiba di pelabuhan Muara Jati kemudian terus ke Desa Sembung-Pasambangan, dekat Amparan Jati, dan mengajar Agama Islam, menggatikan Syekh Datuk Kahfi.

Syekh Jati juga mengajar di dukuh Babadan. Di sana ia menemukan jodohnya dengan Nyai Babadan Puteri Ki Gedeng Babadan. Karena isterinya meninggal, Syekh Jati kemudian menikah lagi dengan Dewi Pakungwati, puteri Pangeran Cakrabuana, disamping menikahi Nyai Lara Bagdad, puteri sahabat Syekh Datuk Kahfi.

Syekh Jati kemudian pergi ke Banten untuk mengajarkan agama Islam di sana. Ternyata Bupati Kawunganten yang keturunan Pajajaran sangat tertarik, sehingga masuk Islam dan memberikan adiknya untuk diperistri. Dari perkawinan dengan Nyai Kawunganten, lahirlah Pangeran Saba Kingkin, kelak dikenal sebagai Maulana Hasanuddin pendiri Kerajaan Banten. Sementara itu Pangeran Cakrabuana memintaSyekh Jati menggantikan kedudukannya dan Syarif Hidayatullah pun kembali ke Caruban. Di Cirebon ia dinobatkan sebagai kepala Nagari dan digelari Susuhunan Jati atau Sunan Jati atau Sunan Caruban atau Cerbon. Sejak tahun 1479 itulah, Caruban Larang dari sebuah nagari mulai dikembangkan sebagai Pusat Kesultanan dan namanya diganti menjadi Cerbon.

Pada awal abad ke-16 Cirebon dikenal sebagai kota perdagangan terutama untuk komoditas beras dan hasil bumi yang diekspor ke Malaka. Seorang sejarawan Portugis, Joao de Barros dalam tulisannya yang berjudul Da Asia bercerita tentang hal tersebut. Sumber lainnya yang memberitakan Cirebon periode awal, adalahMedez Pinto yang pergi ke Banten untuk mengapalkan lada. Pada tahun 1596, rombongan pedagang Belanda dibawah pimpinan Cornellis de Houtman mendarat di Banten. Pada tahun yang sama orang Belanda pertama yang datang ke Cirebon melaporkan bahwa Cirebon pada waktu itu merupakan kota dagang yang relatif kuat yang sekelilingnya dibenteng dengan sebuah aliran sungai.

Sejak awal berdirinya, batas-batas wilayah Kesultanan Cirebon termasuk bermasalah. Hal ini disebabkan, pelabuhan Kerajaan Sunda, yaitu Sundakalapa berhasil ditaklukan. Ketika Banten muncul sebagai Kesultanan yang berdaulat ditangan putra Susuhunan Jati, yaitu Maulana Hasanuddin, masalahnya timbul, apakah Sunda Kalapa termasuk kekuasaan Cirebon atau Banten?

Bagi Kesultanan Banten, batas wilayah ini dibuat mudah saja, dan tidak pernah menimbulkan konflik. Hanya saja pada tahun 1679 dan 1681, Cirebon pernah mengklaim daerah Sumedang, Indramayu, Galuh, dan Sukapura yang saat itu dipengaruhi Banten, sebagai wilayah pengaruhnya.

Pada masa Panembahan Ratu, perhatian lebih diarahkan kepada penguatan kehidupan keagamaan. Kedudukannya sebagai ulama, merupakan salah satu alasan Sultan Mataram agak segan untuk memasukkan Cirebon sebagai daerah taklukan. Wilayah Kesultanan Cirebon saat itu meliputi Indramayu, Majalengka, Kuningan, Kabupaten dan Kotamadya Cirebon sekarang. Ketika Panembahan Ratuwafat, tahun 1649 ia digantikan oleh cucunya Panembahan Girilaya atauPanembahan Ratu II. Dari perkawinannya dengan puteri Sunan Tegalwangi,Panembahan Girilaya memiliki 3 anak, yaitu Pangeran MartawijayaPangeran Kertawijaya, dan Pangeran Wangsakerta. Sejak tahun 1678, di bawah perlindungan Banten, Kesultanan Cirebon terbagi tiga, yaitu pertama Kesultanan Kasepuhan, dirajai Pangeran Martawijaya, atau dikenal dengan Sultan Sepuh I. Kedua Kesultanan Kanoman, yang dikepalai oleh Pangeran Kertawijaya dikenal denganSultan Anom I dan ketiga Panembahan yang dikepalai Pangeran Wangsakerta atauPanembahan Cirebon I.

Kota Cirebon tumbuh perlahan-lahan. Pada tahun 1800 Residen Waterloo mencoba membuat pipa saluran air yang mengalir dari Linggajati, tetapi akhirnya terbengkalai. Pada tahun 1858, di Cirebon terdapat 5 buah toko eceran dua perusahaan dagang. Pada tahun 1865, tercatat ekspor gula sejumlah 200.000 pikulan (kuintal), dan pada tahun 1868 3 perusahaan Batavia yang bergerak di bidang perdagangan gula membuka cabangnya di Cirebon. Pada tahun 1877, di sana sudah berdiri pabrik es, dan pipa air minum yang menghubungkan sumur-sumur artesis dengan perumahan dibangun pada tahun 1877. Pada awal abad ke-20, Cirebon merupakan salahsatu dari lima kota pelabuhan terbesar di Hindia Belanda, dengan jumlah penduduk 23.500 orang. Produk utamanya adalah beras, ikan, tembakau dan gula.***(Nina H. Lubis (ed.), Sejarah Kota-kota Lama di Jawa Barat, 2000.) (by Ki Santri, 3 April 2008)

Sumber :

http://sundaislam.wordpress.com/2008/04/03/sejarah-cirebon/

5 Juni 2009

Sumber Gambar:

http://www.potlot-adventure.com/wp-content/uploads/2009/03/keraton-kanoman-cirebon-300x298.jpg