Rabu, 30 Desember 2009
Profil Kota Cirebon
Kota Cirebon terletak di pantai utara Provinsi Jawa Barat bagian timur, secara geografis terletak di 108o33 BT dan antara 6o41 LS dengan luas keseluruhan wilayahnya adalah 37,35 Km2. Daerah ini berbatsan langsung dengan Sungai Kedung Pane di sebelah utara, Sungai banjir Kanal Kabupaten Cirebon di sebelah barat, Sungai Kalijaga di sebelah selatan, Laut Jawa di sebelah timur. Kota Cirebon terbagi menjadi 5 Kecamatan dan 22 Desa. Nasi jambalang aadlah makanan khas kota Cirebon jenis makanan ini banyak ditawarkan di seluruh penjuru Kota Cirebon.
Letak geografis Kota Cirebon di Lintasan Jawa Barat dan Jawa Tengah mempunyai keunggulan sendiri. Selain sebagai Kota transit bagi mereka yang bepergian, kota ini menjadi daerah tujuan wisata dan bisnis. Berdagang merupakan sesuatu yang biasa bagi masyarakat Cirebon, sektor perdagangan memang konstribusinya banyak, namun bukan sebagai penyumbang kegiatan ekonomi terbesar. Industri pengolahan nonmigas justru yang tercatat sebagai sebagai lapangan usaha dengan konstribusi yang dominan.
Majunya Industri nonmigas Kota Cirebon tak lepas dari peran berbagai perusahaan yanng menanamkan modalnya setidaknya terdapat 7 Perusahaan skala besar yang dengan investasi di atas 1 milyar rupiah, salah satunya adalah PT. Brithis American Tobacco Indonesia Tbk. Perusahaan rokok putih ini tercatat sebagai investor sekaligus dengan nilai produksi yang tertinggi. Selain itu terdapat PT. Arteria Daya Mulia, perusahaan yang bergerak dalam jaring ikan ini mampu mengkaryakan tigaribu orang tenaga kerja di perusahaannya, hingga kini jalinan benang nilon yang diproduksi tidak hanya memasok kebutuhan dalam negeri, sebagian produksi juga telah diekspor ke Jepang, Timur Tengah, Amerika Latin dan Eropa. Perusahaan lainnya bergerak dalam bidang makanan ternak, mebel kayu, karoseri dan bahan kimia. Visi untuk menjadikan Kota Cirebon sebagai pusat kegiatan ekonomi tampaknya tidak mudah terwujud, meskipun Kota ini memiliki pelabuhan laut namun ketesediaan sarana sebagai pelabuhan sebagai salah satu tempat keluar masuknya barang masih menjadi kendala, akibat minimnya fasilitas yang tersedia , tidak banyak kapal atau perusahaan yang mau memanfaatkan pelabuhan ini.
Kota Cirebon ini juga mempunyai potensi di sektor pariwisatanya yang meliputi wisata budaya yaitu keraton kesepuhan, keraton kanoman, keraton kecirebonan, keraton kaprobanan, Taman Ade irma Suryani, Linggarjati, taman air suryanangi.
Sumber Data:
Jawa Barat Dalam Angka 2007
(01-7-2007)
BPS Provinsi Jawa Barat
Jl. PHH Mustapa No. 43, Bandung 40124
Telp (022) 7272595, 7201696
Fax (022) 7213572
Sumber :
http://regionalinvestment.com/newsipid/id/displayprofil.php?ia=3274
Sumber Gambar:
http://www.pa-cirebon.go.id/img/upload/pa%20cirebon/Copy%20(3)%20of%20logoMA.jpg
Jumat, 05 Juni 2009
MASJID AT-TAQWA, IKON BARU KOTA CIREBON
Diresmikannya Masjid At-Taqwa oleh Gubernur Jabar H. Ahmad Heryawan, Jumat (27/3), menjadi babak sejarah munculnya ikon baru Kota Cirebon. Sebagai ikon baru Kota Cirebon, Masjid At-Taqwa hasil renovasi dengan luas bangunan total 2.675 m2 dan menghabiskan dana Rp 9 miliar memang memenuhi kriteria.
Selain arsitektur bangungannya yang mencerminkan kemegahan rumah Allah dengan kapasitas 5.500 jemaah, menara utama masjid yang menjulang setinggi 65 meter juga bisa menjadi penanda tersendiri. Menara masjid yang mengalahkan ketinggian hampir semua bangunan tinggi di Kota Cirebon, hadir sebagai simbol eksistensi Mesjid At-Taqwa di tengah Kota Cirebon. Sebuah ikon baru Kota Cirebon, selain Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Kacirebonan dan Masjid Sang Cipta Rasa.
Gaya arsitektur masjid yang mencirikan bangunan tropis dengan atap jurai serta dilengkapi dengan empat menara kecil (menaret) sebenarnya bukanlah hal baru. Namun kehadiran gerbang (gate) selebar 3 meter sebelum memasuki bangunan utama yang menjadi point of interest bangunan mesjid memberi nilai tersendiri.
Gerbang dengan warna emas yang menyolok bertuliskan kaligrafi dua kalimat syahadat yang terbuat dari bahan glass reinforced cement (GRC) di atas batu granit asli dari Brazil, mendominasi tampak muka (fasad) bangunan. Bingkai putih semakin menonjolkan warna emas gerbang.
Enam tiang penyangga lampu taman yang menghiasi jalan masuk menuju gerbang, seperti hendak menyambut ramah kedatangan tamu-tamu Allah. Seluruh lantai dan dinding masjid menggunakan batu granit, begitu juga tiang-tiang dalam mesjid. Tiang-tiang dihiasi dengan ornamen arsitektur Islam.
Tidak seperti bangunan umumnya, bagian dinding tidak dilengkapi dengan jendela yang tertutup kaca. Jendela besar-besar yang ada dibiarkan terbuka untuk membiarkan aliran udara lancar keluar masuk masjid. Jendela hanya diberi teralis besi ditambah elemen estetika yang terbuat dari kuningan dengan pola arsiterktur Islam.
Keteduhan juga diupayakan untuk dihadirkan di arena luar masjid dengan menanam 10 pohon korma di halaman samping masjid yang dekat dengan sisi jalan. Kehadiran dua kolam air mancur di sisi kanan dan kiri bagian depan mesjid, semakin melengkapi keindahannya. (A-92/A-147)*** (27 Maret 2009)
Sumber :
http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=news.detail&id=66480
5 Juni 2009
MENIKMATI WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON
Kota yang terletak di dekat perbatasan Jawa Tengah ini memiliki beberapa obyek wisata yang menarik untuk dilihat, khususnya peninggalan-peninggalan bersejarah yang berkaitan dengan syiar Islam yang dilakukan oleh salah satu tokoh Wali Songo, Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati.
Sebut saja misalnya empat keraton yang hingga saat ini masih berdiri dengan kokoh, yakni Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Keprabon yang memiliki arsitektur gabungan dari berbagai elemen kebudayaan termasuk Islam dan unsur-unsur arsitektur Belanda.
da pula situs peninggalan sejarah kejayaan Islam masa lampau, Tamansari Gua Sunyaragi atau Gua Sunyaragi, yang merupakan sebuah kompleks bangunan yang menempati areal seluas 1,5 ha. Tempat ini dulu merupakan tempat peristirahatan, tempat menyepi, bertapa dan merupakan tempat rekreasi bagi Sultan Kasepuhan dan kerabatnya.
Kota Cirebon juga menjadi salah satu kota pelabuhan terpenting di pantai utara Jawa setelah Jakarta dan Semarang. Disini akan dijumpai pelabuhan Cirebon Pelabuhan yang memiliki peran strategis dalam hal perdagangan sejak masa Sunan Gunung Djati masih berkuasa. Kapal-kapal asing yang mengangkut barang-barang niaga dari dan ke luar negara, pernah meramaikan pelabuhan ini. Pemandangan itu pun masih kita temui hingga saat ini. Bila kita berjalan-jalan di sore hari, maka akan kita saksikan puluhan kapal-kapal besar tengah bersandar di dermaga.
Selain itu Cirebon telah lama dikenal sebagai pusat penghasil kain batik, terutama Batik Trusmi. Dan kota ini juga terkenal dengan kesenian tari topeng dan musik tarling yang menggabungkan suara gitar, suling dan suara manusia dalam perpaduan yang harmonis.
Cara Mencapai Daerah ini
Anda dapat mencapai daerah ini dengan menggunakan bus, kereta api maupun kendaraan pribadi.
Tempat Menginap
Di Cirebon banyak terdapat tempat penginapan mulai dari hotel non bintang hingga hotel berbintang dengan beragam fasilitas dan variasi tarif yang dapat Anda pilih sesuai dengan kebutuhan Anda.
Tempat Bersantap
Jika Anda datang ke Cirebon, jangan lupa untuk mencicipi kelezatan Nasi Jamblang yaitu nasi putih yang penyajiannya dibungkus dengan daun jati sehingga membuat nasi putih itu terasa berbeda. Apalagi bila dibungkus dalam keadaan hangat. Nasi Jamblang dapat disantap dengan beraneka ragam lauk pauk.Lokasi tenda nasi jamblang paling top berada di depan, Grage Mal, ujung jalan raya Tentara Pelajar. Selain Nasi Jamblang, masih ada Empal Gentong dan Nasi Lengko, yaitu nasi yang disajikan dengan campuran lauk, seperti rebusan toge, tahu, tempe goreng yang disiram dengan halusan bumbu kacang.
Yang Dapat Anda Lihat atau Lakukan
Di Cirebon, yang dapat Anda lihat atau lakukan adalah sebagai berikut:
- Berziarah ke makan Sunan Gunung Jati
- Memancing di tepi Pelabuhan Cirebon
- Menyaksikan kesenian tari topeng dan musik tarling
- Menyaksikan acara budaya seperti Grebeg Maulud yang diadakan setiap tahunnya untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal.
- Mengunjungi keraton-keraton di Cirebon
Buah Tangan
Sejak dulu Cirebon terkenal dengan sebutan Kota Udang, maka dari itu kurang lengkap rasanya apabila Anda tidak membeli oleh-oleh makanan khas yang terbuat dari udang seperti kerupuk udang, terasi, kecap sampai abon yang terbuat dari udang maupun ikan asin dan lain-lain. Jika Anda mengincar batik Cirebon sebagai oleh-oleh Anda, maka Anda bisa mengunjungi Desa Trusmi, sekitar 5 kilometer dari kota Cirebon. Anda juga bisa berburu kerajinan tangan seperti topeng khas Cirebon
Tips
- Udara di Cirebon hampir sama dengan kota pelabuhan lainnya di Indonesia, untuk itu lengkapi diri Anda dengan topi, kacamata dan payung.
- Kenakanlah pakaian yang nyaman untuk digunakan dan menyerap keringat.
WISATA BOGA CIREBON
EKSOTIKA BATIK CIREBON
Keraton Kanoman Cirebon, yang berdiri sejak 1872 dan memiliki luas 7 hektare, memang menyimpan pesona tak hanya sebatas keindahan arsitektur. Di sini terukir keindahan batik dengan motif-motifnya yang sarat makna sejarah.
"Batik Keraton Kanoman merupakan warisan budaya yang bernilai historis dan budaya tinggi yang patut dilestarikan. Keindahannya menjadi salah satu kebanggaan Indonesia yang harus dijaga. Program ini adalah saat tepat menjaga serta melestarikan warisan adiluhung Tanah Air," kata Muhammad Helmy, General Manager Produk Kartu Kredit BRI.
BRI juga mengusung ikon batik, Christine Hakim. Kehadiran aktris senior itu untuk memberikan dukungan kepada peserta pusat pelatihan. "Batik Kanoman Cirebonan sangat eksotis, tak kalah dengan batik daerah lain. Hanya karena persoalan internal keraton mempengaruhi perkembangan batiknya," kata Christine bernada prihatin.
Adapun motor penggerak pusat pelatihan adalah Perkumpulan Nurani Budaya Indonesia. Menurut ketuanya, William Kwan, kegiatan ini menghimpun 20 peserta terpilih yang dilatih secara gratis. Masyarakat di sekitar kawasan keraton diajak serta mengembangkan dan mempopulerkan corak dan motif-motifnya hingga ke kancah internasional.
Jumlah peserta akan terus bertambah. "Yang utama, kegiatan ini untuk mengenalkan eksotisnya batik Keraton Kanoman Cirebon yang mulai pudar. Maka masyarakat di sini punya tanggung jawab melestarikan warisan yang tidak ternilai ini," ucapnya kepada Tempo. Dia dibantu Katura, pemilik bengkel batik yang tersohor di Kota Udang itu.
Katura punya jam terbang tinggi dan termasuk kawakan soal batik kota kelahirannya. Menurut dia, para konsumen senang batik Keraton yang dianggap memiliki corak yang menonjolkan wajah tradisional. Pria yang sudah membatik sejak SD itu menyebut batik Cirebonan--dikenal dengan nama batik Trusmi--coraknya lain dengan batik asal Yogyakarta, Solo, Pekalongan, dan kota-kota batik lainnya.
Batik Solo atau Yogyakarta cenderung pada keagungan dan keluwesan sehingga bentuknya halus dan indah. Batik Pekalongan memiliki corak banyak warna dengan variasi sedemikian rupa sehingga membentuk daya tarik yang indah dan menarik.
Selain corak tradisional, batik Cirebon memiliki sisi unik karena beberapa motif diambil dari falsafah hidup masyarakat lokal. "Bahkan ada juga pengaruh dari Cina, berupa motif ular naga dan burung," tutur Katura. Corak batik Cirebon pun memiliki warna merah, biru, ungu, dan keemasan.
Pesona batik Cirebon, diakui Katura, desainnya bernuansa klasik tradisional dan setia mengikutsertakan motif wadasan (batu cadas) pada bagian-bagian tertentu. Lalu unsur ragam mega di bagian-bagian yang disesuaikan dengan motif utama. "Batik Cirebonan klasik tradisional selalu bercirikan memiliki warna pada bagian latar (dasar kain) lebih muda dibanding warna garis pada motif utamanya."
Pria pengoleksi sejumlah batik berumur ratusan tahun itu menambahkan, kini terjadi pergeseran proses batik seiring dengan ditemukannya berbagai zat kimia yang membantu proses pewarnaan dan pencelupan. Dulu para perajin banyak memanfaatkan zat pewarna alam. Zat jenis ini warnanya tahan lebih lama dan ramah lingkungan. Kekurangannya, sulit dalam proses pembuatannya dan terbatas menghasilkan variasi warna. (23 Oktober 2008)
Sumber :
Hadriani P
http://www.tempointeraktif.com/hg/kecantikan/2008/10/23/brk,20081023-141641,id.html
5 Juni 2009
Sumber Gambar:
http://netsains.com/wp-content/uploads/2008/07/singapayung.jpg
SAATNYA MELIRIK POTENSI LOKAL CIREBON
DAMPAK atas krisis keuangan global sepertinya baru akan dirasakan oleh masyarakat Cirebon pada awal tahun hingga pertengahan tahun 2009. Demikian prediksi dari sejumlah pelaku ekonomi di Kota Cirebon.
Prediksi itu bukan tanpa alasan. Berdasarkan keterangan dari Pemimpin Bank Indonesia Cirebon Dadi Aryadi, saat krisis ekonomi terjadi tahun 1998 lalu, masyarakat Cirebon tenang-tenang saja, namun baru tahun berikutnya dampak krisis tersebut baru dirasakan di Cirebon.
"Lokasinya yang jauh dari pusat kota serta kotanya yang kecil dan disokong oleh perdagangan lokal membuat dampak krisis tidak serta merta terasa," katanya.
Krisis keuangan global yang terjadi menjelang akhir tahun 2008 pun, ujar Dadi, kemungkinan baru terasa dampaknya pada tahun 2009. Namun dampak tersebut tidak akan menggurita, hanya pelaku bisnis besar yang bergantung pada ekspor yang akan terkena dampaknya.
Di wilayah Cirebon banyak terdapat perusahaan besar skala ekspor. Jatiwangi sudah dikenal dengan industri rotannya, Plered sudah mendunia dengan batik trusminya, dan sejumlah perusahaan pengolahan ikan besar banyak berdiri disekitar pelabuhan. Devisa jutaan dolar AS disumbangkan dari ekspor Cirebon setiap tahunnya. Perusahaan-perusahaan besar ini rupanya mulai merasakan dampak krisis.
Menurut Kepala Seksi Perikanan pada Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon Dedi Supriadi, satu perusahaan pengalengan rajungan-sejenis kepiting- terpaksa menutup usaha ekspornya setelah Amerika tidak lagi melanjutkan kesepakatan bisnis.
"Perusahaan ekspor rajungan kaleng sejak November 2008 terpaksa berhenti beroperasi karena pasar utamanya hanya ke Amerika. Namun masih ada perusahaan pengolahan ikan lainnya yang masih tetap bertahan. Tujuan ekspornya ke China, Jepang atau Taiwan," katanya.
Sektor usaha yang menggantungkan diri pada Amerika Serikat sebagai pasar utamanya memang sedang hancur, termasuk di Cirebon. Selain industri rajungan kaleng, industri rotan pun demikian. Sejak sektor properti Amerika tumbang, otomatis permintaan mebel kenegara adikuasa ini turun drastis.
Nah, pelaku industri mebel dan rotan dari Cirebon pun kini sudah mulai melirik pasar baru agar usahanya tetap hidup. Selain negara Eropa khususnya Jerman, negara di kawasan Timur Tengah dan Asia pun sudah mulai dibidik sebagai perluasan pasar tahun depan. Pokoknya, bukan Amerika. Namun ada yang menarik, ternyata hanya perusahaan skala besar atau skala ekspor yang merasakan dampak krisis tersebut. Buktinya, pengesub atau pabrikan kecil outsourching penggarap pesanan dari pabrik-pabrik rotan besar masih tetap menerima order.
Sutandi, seorang pengesub mebel berbahan baku rotan yang ada di sentra rotan Jatiwangi Kabupaten Cirebon mengatakan order pembuatan set furniture berupa meja dan kursi sudah kembali diterimanya dari dua pabrik rotan besar. Dia juga menyatakan bahan baku rotan mentah cukup banyak karena pasokan dari Surabaya, Kalimantan dan Sumatra cukup lancar.
"Pekerjaan sudah mulai ada sejak Desember ini dan sampai April 2009 sudah dapat order dari pabrik," katanya.
Nah , UMKM lainnya yang masih tetap eksis meski disaat krisis adalah batik Trusmi. Musim liburan natal dan tahun baru kali ini permintaan kain batik melonjak hingga 30%. Pembelinya hanya kelas lokal bukan ekspor. Dan kalau pun ada yang ekspor-meski hanya sebagian kecil- negara tujuannya hanya di Asia seperti Jepang. Ternyata faktor eksternal krisis keuangan global tidak terlalu mempengaruhi UMKM.
Fokus potensi lokal Cirebon dan daerah disekitarnya seperti Kuningan, Majalengka, dan Indramayu banyak memiliki potensi lokal yang patut dikembangkan. Ketua Forum Pengembangan Ekonomi Lokal (FPEL) Sutikno mengatakan ekspor bukan menjadi ukuran atas keberhasilan sebuah produk atau perusahaan, namun kemampuan penetrasi pasar lokal yang harus diutamakan agar sebuah usaha tetap bisa eksis.
Apa yang dikatakan Sutikno tersebut berdasarkan atas kemampuan UMKM di Cirebon yang bebas krisis, berbeda dengan perusahaan skala ekspor yang ada di Cirebon. "Saatnya melirik potensi lokal."
Untuk itu sejumlah potensi lokal Cirebon kini tengah dibidik untuk dikembangkan seperti kerajinan rotan, manisan buah, topeng hingga kuliner khas Cirebon. Potensi tersebut kini semakin tak dilirik bahkan kurang mendapatkan perhatian serius dari pelaku usaha dan pemerintah setempat.
Meski sebenarnya bisa menjadi icon produk kebanggan kota ini. Keingianan FPEL tersebut sepertinya akan disambut baik karena pada tahun 2009 ini karena perbankan akan lebih fokus membidik sektor eknomi lokal bagi penyaluran kreditnya. "Berdasakan himbauan Bank Indonesia, tahun 2009 perbankan harus lebih melirik UMKM dari pada perusahaan besar. Alasannya, UMKM tahan krisis," ujar Pemimpin Bank Jabar Banten Cabang Cirebon Her Purwanto.
Pengembangan potensi ekonomi lokal ini diperkirakan akan berjalan cepat karena usaha skala kecil tersebut lebih fleksibel dan hasil dari penelitian Bank Indonesia Cirebon banyak diantaranya yang masuk kategori bankable.
Pelaku UMKM bisa lebih cepat mengambil keputusan terkait perkembangan bisnisnya karena tidak bergantung pada keputusan perusahaan lebih besar yang menaunginya. Perusahaan besar di Cirebon baik swasta atau nasional terasa lambat berkembang karena ketatnya birokrasi dan mandulnya pelaksanaan otonomi daerah.
Sebagai contoh perusahaan otomotif atau telekomunikasi tidak bisa bergerak cepat dan mematok target sendiri karena selalu ditentukan oleh perusahaan induk di Jakarta atau Bandung. Contoh lainnya adalah Pelabuhan Cirebon yang seakan hidup segan mati tak mau. Hanya melulu mengurusi batu bara saja selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini.
Pemkot Cirebon tidak mampu berbuat banyak untuk mengembangkan pelabuhan karena birokrasi yang sulit. Sementara pihak pelabuhan sendiri baru bisa bergerak setelah ada mandat dari PT Pelindo di Jakarta. Serba sulit, sehingga Pemkot Cirebon memilih untuk meninggalkan rencana ikut andil dalam mengurus pelabuhan. Kalau pun ingin mengembangkan industri lokal dengan skala besar, mungkin bidang propertilah yang bisa digarap maksimal.
Di Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon masih banyak lahan kosong yang bisa dikembangkan menjadi perumahan. Demikian pula di Kuningan, Majalengka dan Indramayu. Untuk diketahui, pada tahun 2009 sejumlah perusahaan properti besar masih akan tetap membangun.
Seperti Cirebon Super Blok (CSB), awal tahun 2009 mulai memasarkan ruko tipe terbarunya bahkan menargetkan pembangunan mal dapat selesai akhir tahun 2010. Dan PT Apitasemesta Griya pada pertengahan tahun 2009 siap mengoperasikan tower Hotel Apita yang akan menjadi hunian tertinggi di Cirebon dengan ketinggian mencapai 15 lantai.
Ketua REI Cirebon Surya Wijaya sendiri memperkirakan bisnis properti tetap akan tumbuh pada tahun 2009 mendatang.
"Awal tahun masih terseok namun pertengahan tahun akan kembali booming seperti diawal tahun 2008. Jika tidak ada faktor eksternal penggangu maka target pembangunan 1.500 unit rumah di wilayah Cirebon bisa terealisasi," katanya.
Lalu dimana andil pemerintah? Developer hanya meminta pihak pemerintah setempat menyiapkan sarana, prasarana dan kemudahan perijinan bagi investasi.
Pemkot Cirebon harus mampu menyelesaikan persoalan keterbatasan pasokan air bersih. Kisruh pembagian air antara Kota Cirebon dan Kabupaten Kuningan harus diakhiri. Sebab dengan perumahan baru atau mal dan hotel perlu suplai air bersih.
Demikian pula dengan kesiapan aliran listriknya. Jangan sampai setelah semuanya berdiri tetapi gagal beroperasi hanya karena tidak ada pasokan air PDAM atau aliran listrik. (BC-11) 24 Januari 2009
Sumber :
Raharjo
http://www.beritacerbon.com/berita/2009-01/saatnya-melirik-potensi-lokal-cirebon
5 Juni 2009
Sumber Gambar:
http://www.republika.co.id/images/news/2008/10/20081009195619.jpg