Jumat, 05 Juni 2009

JAJAN MALAM HARI DI CIREBON

Kota Cirebon segera mengembangkan Pusat jajan wayah bengi (Pujawangi) merupakan salah satu khas wisata kuliner Cirebon yang akan melayani wisatawan nusantara dan mancanegara.
     
"Pujawangi atau lebih dikenal ’pusat jajan malam hari’ sengaja dikembangkan disamping menyediakan berbagai masakan tradisional, nusantara dan mancanegara juga meratakan titik keramaian di kota Cirebon," kata Kadinas Pariwisata Kota Cirebon Dr.Wahyo didampingi Kabid Pariwisata Maman Sulaeman di Cirebon, Selasa (22/4).
     
Dikatakannya, sebelumnya Pujawangi sudah ada, namun tempatnya kurang strategis dan belum dikelola secara baik. Dalam waktu dekat Pujawangi akan mengambil ruas jalan Karanggetas kota Cirebon, dimana jalan itu agak luas dengan prasarana jalan dan lampu cukup baik.
     
Diharapkan Pujawangi bisa menghidupkan kawasan tersebut dan berbagai fasilitas untuk jualan akan disediakan. Jalan itu akan ditutup untuk kendaraan umum pada pukul 17.00 sampai 02.00 WIB.
     
Hal ini dimaksudkan agar wisatawan yang datang ke kota Cirebon bisa menikmati makan malam di kawasan itu. "Untuk itu masyarakat diminta mengisi berbagai masakan mulai dari makanan lokal, nusantara sampai internasional," katanya.
     
Tujuan lainnya, pendirian Pujawangi tersebut guna memecah titik keramaian kota yang berpenduduk sekitar 300 ribu jiwa itu. "Dengan adanya ruas jalan khusus dibuat tempat berbagai macam makanan, diharapkan suasana kota semakin semarak pada malam hari," katanya. MBK (22 April 2009)


Sumber :
Sumber : Antara dalam :
5 Juni 2009

PARIWISATA CIREBON

Sebagai tujuan wisata di Jawa Barat, Cirebon memang tidak sepopuler Bandung. Padahal kota Cirebon menyimpan banyak pesona mulai dari wisata sejarah kejayaan kerajaan Islam, wisata kuliner, sampai wisata batik dan sentra rotan.

Cirebon mempunyai 4 keraton sekaligus di dalam kota, yakni Keraton KasepuhanKeraton KanomanKeraton Kacirebonan dan Keraton Keprabon. Semuanya memiliki arsitektur gabunan dari elemen kebudayaan Islam, CIna, dan Belanda.

Bangunan keraton selalu menghadap ke utara dan ada sebuah masjid didekatnya. Setiap keraton mempunyai alun-alun sebagai tempat berkumpul, pasar dan patung macan di taman atau halaman depan sebagai perlambang dari Prabu Siliwangi, tokoh sentral terbentuknyakerajaan Cirebon.

Ciri lain adalah piring porselen asli Tiongkok yang jadi penghias dinding. Beberapa piring konon diperoleh dari Eropa saat Cirebon jadipelabuhan pusat perdagangan Pulau Jawa.

Selain itu kota ini terkenal juga dengan sebuah taman yang dikenal dengan nama Taman Air Sunyaragi. Taman indah ini dilengkapi dengan teknologi pengaliran air yang sangat canggih pada masanya. Pada masa lalu, air-air mengalir diantara teras-teras tempat para putri raja bersolek, halaman rumput hijau tempat para ksatria berlatih, ditambah menara dan kamar istimewa yang pintunya terbuat daritirai air.

Selain itu ada juga tempat-tempat peninggalan bersejarah yang lain seperti Masjid Agung Sang Cipta Rasakelenteng kuno, Makam Sunan Gunung Jati dan rumah perlindungan Linggarjati.


Daftar daerah tujuan wisata


Sumber :
5 Juni 2009

KOTA CIREBON DAN SEJARAHNYA

Kota Cirebon adalah sebuah kota di Provinsi Jawa BaratIndonesia. Kota ini berada di pesisir Laut Jawa, di jalur pantura. Dahulu Cirebon merupakan ibu kota Kesultanan Cirebon dan Kabupaten Cirebon, namun ibu kota Kabupaten Cirebon kini telah dipindahkan ke Sumber. Cirebon menjadi pusat regional di wilayah pesisir timur Jawa Barat.

Cirebon juga disebut dengan nama 'Kota Udang'. Sebagai daerah pertemuan budaya Jawa dan Sunda sejak beberapa abad silam, masyarakat Cirebon biasa menggunakan dua bahasa, bahasa Sunda dan Jawa.


Menurut Manuskrip Purwaka Caruban Nagari, pada abad XIV di pantai Laut Jawa ada sebuah desa nelayan kecil bernama Muara Jati. Pada waktu itu sudah banyak kapal asing yang datang untuk berniaga dengan penduduk setempat. Pengurus pelabuhan adalah Ki Gedeng Alang-Alang yang ditunjuk oleh penguasa Kerajaan Galuh (Padjadjaran). Dan di pelabuhan ini juga terlihat aktivitas Islam semakin berkembang. Ki Gedeng Alang-Alang memindahkan tempat pemukiman ke tempat pemukiman baru di Lemahwungkuk, 5 km arah selatan mendekati kaki bukit menuju kerajaan Galuh. Sebagai kepala pemukiman baru diangkatlah Ki Gedeng Alang-Alang dengan gelar Kuwu Cerbon.

Pada Perkembangan selanjutnya, Pangeran Walangsungsang, putra Prabu Siliwangi ditunjuk sebagai Adipati Cirebon dengan Gelar Cakrabumi. Pangeran inilah yang mendirikan Kerajaan Cirebon, diawali dengan tidak mengirimkan upeti kepada Raja Galuh. Oleh Raja Galuh dijawab dengan mengirimkan bala tentara ke Cirebon Untuk menundukkan Adipati Cirebon, namun ternyata Adipati Cirebon terlalu kuat bagi Raja Galuh sehingga ia keluar sebagai pemenang.

Dengan demikian berdirilah kerajaan baru di Cirebon dengan Raja bergelar Cakrabuana. Berdirinya kerajaan Cirebon menandai diawalinya Kerajaan Islam Cirebon dengan pelabuhan Muara Jati yang aktivitasnya berkembang sampai kawasan Asia Tenggara.


Periode 1270-1910

Pada abad ke-13 Kota Cirebon ditandai dengan kehidupan yang masih tradisional dan pada tahun 1479 berkembang pesat menjadi pusat penyebaran dan Kerajaan Islam terutama di wilayah Jawa Barat. Kemudian setelah penjajah Belanda masuk, dibangunlah jaringan jalan raya darat dan kereta api sehingga mempengaruhi perkembangan industri dan perdagangan.


Periode 1910-1937

Pada periode ini Kota Cirebon disahkan menjadi Gemeente Cheribon dengan luas 1.100 Hektar dan berpenduduk 20.000 jiwa (Stlb. 1906 No. 122 dan Stlb. 1926 No. 370).


Periode 1937-1967

Pada 1942 Kota Cirebon diperluas menjadi 2.450 hektar dan tahun 1957 status pemerintahannya menjadi Kota Praja dengan luas 3.300 hektar, setelah ditetapkan menjadi Kotamadya tahun 1965 luas wilayahnya menjadi 3.600 hektar.


Sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Cirebon

5 Juni 2009